TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
CONTOH BAB 6, BAB 7, dan BAB 8
Disusun oleh:
Miswarni
Kelas:
1EA20
Universitas Gunadarama,
2014.
Beda Pandangan Soal Uang Merusak
Hubungan
Penulis : Wardah Fazriyati | Kamis,
1 November 2012 | 15:07 WIB
Pertengkaran pasangan soal yang
disebabkan sejumlah faktor, termasuk kepribadian finansial yang berlawanan.
KOMPAS.com - Pasangan menikah dengan
perencanaan keuangan keluarga yang baik bukan satu-satunya syarat meraih
kebahagiaan dalam hubungan. Boleh jadi, saat ini Anda dan suami sudah memiliki
tabungan yang cukup, dana pensiun yang terencana dengan baik, dan arus kas rumah
tangga yang terkontrol. Namun semua hal ini tak menjamin kebahagiaan dalam
hubungan.
Penting bagi pasangan untuk memiliki
cara pandang yang lebih luas soal keuangan. Pandangan Anda dan dia soal uang
punya pengaruh besar terhadap setiap keputusan yang pasangan ambil terkait
kebutuhan rumah tangga dan keluarga.
Coba ingat kembali, seberapa sering
Anda dan suami beradu argumen soal uang. Perbicangan soal makan siang saja bisa
memicu pertengkaran, jika cara pandang Anda dan dia soal uang berbeda. Contohnya,
saat Anda bertanya pada suami mengenai menu makan siangnya, dia mengatakan
makan siang salad seharga Rp 100.000 misalnya. Bagi Anda, salad seharga
tersebut terlalu mahal, dan hal ini pun memicu pertengkaran kecil yang jika
terakumulasi bisa merusak hubungan dalam jangka panjang.
Pertengkaran pasangan soal uang
umumnya dipengaruhi tiga faktor ini:
1. Kepribadian keuangan
Coba perhatikan karakter anak-anak
dalam menggunakan uangnya. Si A yang memiliki kepribadian si penabung dan si B
yang berkepribadian si pebelanja. Si B kesulitan menyimpan uangnya untuk
masa depan, sementara si A takkan menggunakan uangnya kecuali terpaksa atau
bahkan dipaksa.
Perbedaan kepribadian terkait uang
ini juga didapati pada orang dewasa. Anda dan suami pun memiliki kepribadian
yang bisa jadi sama atau berbeda. Ada lima kepribadian terkait uang: si hemat,
si boros, pengambil risiko, si cari aman, si coba-coba.
Setiap orang bisa memiliki 2-5
kepribadian tersebut dalam dirinya. Karenanya penting bagi pasangan untuk
saling memahami kepribadian terkait uang, mana kepribadian utama Anda dan dia,
dan kepribadian pendukungnya. Pahami perbedaan kepribadian soal uang ini agar
Anda dan dia lebih mampu mengatasi potensi pertengkaran soal uang.
2. Pandangan hidup.
Lima kepribadian soal uang tadi ada
hubungannya dengan perspektif seseorang tentang kehidupan. Uang selalu ada
kaitannya dengan setiap keputusan yang Anda ambil. Dengan kata lain,
kepribadian Anda soal uang memengaruhi perspektif Anda tentang hidup.
Si boros cenderung royal memberikan
hadiah. Sementara si hemat selalu memanfaatkan kesempatan penawaran yang
menguntungkannya. Bagi si pengambil risiko, ia takkan banyak pertimbangan dalam
menggunakan uangnya. Sedangkan si cari aman selalu penuh perencanaan. Bagi si
coba-coba, ia takkan membiarkan persoalan uang memengaruhinya dalam mengambil
keputusan.
Sekali lagi, dengan memahami
perbedaan perspektif yang ada hubungannya dengan kepribadian soal uang ini,
Anda dan pasangan bisa saling memahami. Sehingga pertengkaran karena uang pun
bisa diminimalisasi.
3. Kepribadian
berlawanan.
Nah, ketika Anda menikah dengan
seseorang yang memiliki kepribadian berlawanan, inilah yang menjadi pemicu
pertengkaran finansial pada pasangan. Faktanya, 75 persen pasangan menikah
memiliki kepribadian finansial yang berlawanan. Tak heran jika 70 persen
penyebab perceraian dipicu persoalan uang.
Meski begitu, menikah dengan
seseorang yang memiliki kepribadian finansial berlawanan tak selamanya
berpotensi merusak hubungan. Selalu ada alasan di balik perbedaan tersebut
bukan? Adalah tugas Anda dan pasangan untuk mentoleransi perbedaan tersebut,
menerimanya dan berusaha saling menyesuaikan, bukan berusaha menyatukan apalagi
memaksakan kehendak kepada satu dengan lainnya.
Sumber
: Your Tango
Editor
: wawa
Sumber halaman :
http://female.kompas.com/read/2012/11/01/15072852/Beda.Pandangan.Soal.Uang.Merusak.Hubungan
Tanggapan :
Perbedaan pandangan hidup seseorang
memang berbeda-beda. Dari perbedaan pandangan setiap orang ini dapat menimbulkan
kekacauan. Salah satu dari berbagai macam kasus soal pandangan hidup ini adalah
perbedaan pandangan dalam berumah tangga yakni mengenai keuangan yang berakibat
dapat merusak hubungan dalam berumah tangga.
Sudah dijelaskan dalam article
diatas bahwa kepribadian mempengaruhi pandangan hidup seseorang. Dengan kata
lain, jika seorang suami dan istri yang memiliki kepribadian dan pandangan
hidup yang sama, yang sama-sama tidak memiliki keinginan untuk berboros,
keuangan dapat dijaga dan tidak menimbulkan permasalahan.
Salah satu solusi dari pandangan
hidup seseorang yang berbeda ini adalah dengan memahami perbedaan perspektif
yang ada hubungannya dengan kepribadian soal uang ini, pasangan bisa saling
memahami. Sehingga pertengkaran karena uang pun bisa diminimalisasi.
Jadi, jika salah satu dari Anda yang
memiliki perbedaan pandangan mengenai keuangan atau apapun perbedaan pandangan
tersebut, dapat dibicarakan dengan baik dan harus saling memahami. ;)
Pecat Aparat yang Lindungi
Perbudakan Buruh!
Penulis : Sabrina Asril | Senin, 6
Mei 2013 | 14:55 WIB
KOMPAS/LASTI KURNIA Pabrik kuali
yang menjadi tempat penyekapan dan perbudakan buruh di Tangerang.
JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan
Pembina Partai Gerindra Martin Hutabarat mendesak Kepolisian RI untuk mengusut
dugaan keterlibatan Polri dalam kasus perbudakan 34 buruh di pabrik kuali, di
Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Jika ternyata
terbukti melindungi praktik itu, aparat kepolisian yang bersangkutan patut
diberhentikan dari Polri.
"Polri harus bertindak tegas.
Polri tidak boleh melindungi atau setengah hati menindaknya. Kapolri perlu
memerintahkan agar oknum polisi yang ikut menganiaya para pekerja yang menjadi
korban perbudakan itu segera diusut, kalau perlu diberhentikan," ujar
Martin di Jakarta, Senin (6/5/2013).
Martin menjelaskan, jika ada oknum
pejabat Polri di wilayah yang justru mendapatkan upeti, maka oknum Polri itu
juga harus ditindak. Pasalnya, sikap melindungi yang dilakukan Polri, kata
Martin, bisa mengusik rasa keadilan masyarakat.
"Perbuatan yang dilakukan
oknum-oknum polisi tersebut sangat biadab dan tidak dapat diterima akal sehat.
Rasa keadilan masyarakat terusik karena perbuatan mereka. Kapolri perlu
mengusut mereka juga, dan jangan sampai ada kejadian seperti ini di tempat
lain," tukas anggota Komisi III DPR ini.
Pada Jumat (3/5/2013), Polda Metro
Jaya dan Polres Kota Tangerang menggerebek sebuah pabrik kuali yang bosnya
dicurigai telah melakukan penyekapan terhadap 34 buruh di Desa Lebak Wangi,
Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Di pabrik itu, pengusaha diduga telah
merampas kemerdekaan sekaligus melakukan penganiayaan terhadap para buruh.
Temuan Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (Kontras), para buruh itu setiap harinya hanya
diberikan makanan sambal dan tempe, jam kerja melampaui batas, dan diberikan
tempat tinggal yang tak layak. Mereka juga diancam ditembak dengan timah panas
oleh aparat yang diduga dibayar oleh pengusaha di sana.
Polisi telah menetapkan tujuh orang
tersangka yakni Yuki Irawan (41), Sudirman (34), Nurdin (34), Jaya alias Mandor
(41), dan tangan kanan Yuki, Tedi Sukarno (34). Sementara itu, dua orang lain,
Tio dan Jack, buron. Para tersangka dikenakan Pasal 333 KUHP tentang Perampasan
Kemerdekaan dan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan. Hal itu dilihat dari
beberapa temuan, antara lain pemilik pabrik tak membayar gaji sebagian buruh,
pemilik pabrik juga tak memberikan fasilitas hidup yang layak, tak membiarkan
buruh melakukan shalat, serta melakukan penganiayaan terhadap buruh.
Kini, kelima tersangka ditahan dan
diperiksa di Polresta Tangerang. Sebanyak 34 buruh yang dibebaskan dari pabrik
tersebut dipulangkan ke kampung masing-masing.
Editor :
Ana Shofiana Syatiri
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2013/05/06/14553344/Pecat.Aparat.yang.Lindungi.Perbudakan.Bu
Tanggapan:
Tanggapan saya pada contoh kasus ini
adalah prihatin kepada orang-orang yang seharusnya memegang keamanan, menjadi
contoh dan panutan di Negara ini malah melakukan pelanggaran, yakni Polri. Pada
dasarnya tugas Polri adalah menjaga keamanan dan ketertiban dimasyarakat,
mentaati semua aturan yang berlaku, melindungi, mengayomi, dan melayani
masyarakat. Tetapi, pada contoh kasus diatas, diduga ada oknum polisi yang
melindungi praktik penyekapan dan perbudakan terhadap buruh diTanggerang
tersebut. Jika ternyata terbukti melindungi praktik itu, aparat kepolisian yang
bersangkutan patut diberhentikan dari Polri.
Dan jika ada oknum polisi yang
diduga menyiksa para buruh tersebut seharusnya segera diusut secepat mungkin.
Karena walaupun seorang oknum polisi yang ikut terlibat, keadilan diNegara ini
harus ditegakkan. Jika tidak ada keadilan, Negara ini akan cepat runtuh. Dan walaupun
seorang pejabat yang menjadi tersangka sekalipun, keadilan juga harus tetap
ditegakkan dengan cara memberikan sanksi kepada yang bersalah sesuai dengan apa
yang dilakukannya. Tindakan oknum polisi ini sangat tidak pantas dicontoh dalam
kehidupan masyarakat.
Kasus Kekerasan Fisik Terhadap Anak
KEKERASAN FISIK.
Kekerasan fisik kerap kali tidak ada
batas jelas antara menyiksa dan mendisiplinkan.
Kasus: Yani (30 th) sering
menghukum‘kenakalan; anaknya yang bersusia 5 tahun. Bentuk kenakalan itu antara
lain, menuang sabun di kamar mandi, tak mau makan, mengotori jemuran dan
menganggu adik. “Kalau nakalnya di kamar mandi, ya saya pukul pakai gayung.
Kalau tak mau makan, saya pukul pakai sendok atau piring. Kalau menggangu
adiknya, saya pukul pakai maiannya.” Menurut Yani, anak harus dihukum supaya
jera dan tidak mengulangi perbuatan yang dilarang. Yani tak ingin disalhkan
suami karena tak mampu mendidik anak.
Sumber :