Sabtu, 15 November 2014



     BAB III
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
A.   Pendekatan kesusastraan
                                                                                                      
Ilmu budaya dasar, yang semula dinamakan Basic Humanities berasal dari bahasa inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus (tingkah laku). Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai sebagai homo humanus.
Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabang termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia daan budaya. Karena itu ada yang menerjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
Disetiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan. Dibanding dengan cabang the humanities yang lain, seperti misalnya ilmu bahasa, seni memegang peranan yng penting, karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan normative. Sehingga seni lebih mudah berkomunikasi, nilai-nilai yang disampaikan lebih fleksibel, baik isinya maupun caraa penyampaiannya.
Setiap jaman pula, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alas an pertama, sastra menggunakan bahasa, sementara bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hamper semua pernyataan kegiatan manusia. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstrak.
Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang akan lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normative. Cabang-cabang seni yang lain juga dapat menarik tanpa cerita, akan tetapi sulit bagi penciptanya mengemukakan gagasannya. Dalam music misalnya, kata-kata penciptaannya tertelan oleh melodi.
Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan.

B.   Ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan prosa

Istilah prosa banyak artinya, kadang disebut narrative fiction, prose fiction, atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah itu sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan Indonesia mengenal jenis  prosa lama dam prosa baru :
1.      Prosa lama meliputi :
a.       Dongeng-dongeng
b.      Hikayat
c.       Sejarah
d.      Epos
e.       Cerita pelipur lara
2.      Prosa baru meliputi :
a.       Cerita pendek
b.      Roman atau novel
c.       Biografi
d.      Kisah
e.       Otobiografi


C.   Nilai-nilai dalam prosa fiksi

Sebagai  sni karya sastra (prosa fiksi) langsung maupun tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :

1.      Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak akan mungkin dikunjungi selama hudupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.

2.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam novel dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehiduoan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.

3.       Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi dan merupakan sarana bagi pemindahan yang taj henti-hentinya dari warisan budaya bangsa. Seperti novel siti nurbaya, salah asuhan, sengsara mambawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian, harapan, aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti jaln tak ada ujung, menggambarkan suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan.

4.      Prosa fiksi keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup dan kehidupan manusia.
      Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua :
a.       Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jaman, mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jaman.
b.      Karya sastra yang menyuarakan gejolak jaman, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung. 


D.   Ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan puisi

Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan tuhan melalui media bahasa yang artistic atau estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1.      Figura bahasa (figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik, dan memberikan kejelasan gambaran angan.
2.      Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.      Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.      Kata-kata konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi tertentu.
5.      Pengulangan yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alas an-alasan yang mendasari penyajian puisi pada ilmu budaya dasar adalah sebagai berikut :
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas.
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi pembaca dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
3.      Puisi dan keinsyafan social
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pngetahuan manusia sebagai makhluk social, yang terlibat dalam issue dan problem social, secara imaginative puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia social yang bisa berupa :
a.       Penderitaan atas ketidakadilan
b.      Perjuangan untuk kekuasaan
c.       Konflik dengan sesamanya
d.      Pemberontakan terhadap hokum Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar